Nativisasi, Strategi Kolonial Lemahkan Aqidah Umat dengan Jalan Budaya
KIBLAT.NET, Jakarta – Sejarawan Muslim Tiar Anwar Bachtiar menjelaskan selain pemurtadan, nativisasi merupakan salah satu cara melemahkan aqidah umat Islam.
“Nativisasi itu strategi kolonial untuk melemahkan umat Islam,” katanya saat dihubungi kiblat.net, pada Senin Malam (7/12).
Menurut Tiar, nativisasi merupakan upaya mengembalikan masyarakat kepada budaya-budaya pra-Islam yang dianggap asli dan bersifat klenik.
“Biasanya dengan menghidupkan budaya Hindu dan menganggap kekuasaan Hindu lebih hebat dari Islam,” ucapnya.
Kata Tiar, ada tiga strategi yang dilakukan kolonial Belanda untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam.
Pertama dengan Kristenisasi, masyarakat diajak masuk ke agama Kristen. Kedua, dengan sekularisasi atau westernisasi. Masyarakat pemikirannya dibaratkan oleh Belanda. Ketiga, dengan nativisasi. Masyarakat dikembalikan kepada ajaran-ajaran pra-Islam yang klenik.
“Ketika Kristenisasi dan sekularisasi tidak bisa dilakukan. Maka, mereka yang awam dikembalikan ke dunia klenik,” ujarnya.
Tiar menjelaskan, kolonial Belanda melakukan strategi nativisasi bertujuan untuk menguasai umat Islam di Nusantara. “Ketika umat Islam lemah, jauh dari aqidah, lebih mudah untuk dikalahkan,” tuturnya.
Nativisasi sendiri, lanjut Tiar, sangat berbahaya bagi umat Islam. Karena, merusak aqidah seorang Muslim dengan mendorong orang menganut ajaran kemusyrikan. Dia mengimbau ormas dan lembaga Islam untuk mengcounter proses nativisasi.
“Nativisasi berbahaya sekali, karena itu membuat musyrik,” paparnya.
Apalagi, kata Tiar, Nativisasi lebih mudah diterima oleh kalangan awam. Masyarakat awam yang lemah pemahaman agamanya lebih mudah diajak untuk menggeluti budaya asal suku mereka yang berbau hindu.
“Kalau kalangan awam, tidak masuk ke dunia pemikiran, maka yang awam ini dengan nativisasi, biasanya jargonnya kembali ke asal, dalam bahasa Inggris asal itu disebut nativitation atau nativisme,” tandas Ketua Umum Pemuda Persis itu.
Reporter: Bilal Muhammad
Editor: Fajar Shadiq