KIBLAT.NET – Pada edisi sebelumnya telah dibahas bagaimana sepak terjang syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi di penjara dan mengukir karakter di bawah bimbingan syaikh Al-Maqdisi. Dilanjutkan dengan kebebasannya dari penjara dan kembali ke kancah jihad Afghanistan. Akhirnya, Zarqawi meninggalkan Afghan dan berlabuh ke Irak hingga syahid di sana. Bagaimanakah kisahnya? Simak hanya di sini. Jalan Liku […]

Mujahid Asal Mesir Ini Pernah Menjadi Murid Syaikh Al-Albani

KIBLAT.NET –  Jika kita mendengar kata AQI (Al-Qaidah di Irak) maka sontak ingatan kita akan tertuju pada satu tokoh Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi Rahimahullah.. Seorang tokoh mujahid yang disebut-sebut sebagai generasi Al-Qaidah ke-2.

Di balik sosok mujahid mulia ini ada seseorang yang berandil besar di belakangnya. Ia adalah seorang mujahid asal Mesir yang bertugas sebagai asisten senior Syaikh Az-Zarqawi. Mujahid ini juga menjadi pemrakarsa berdirinya ISI sekaligus penyambung lidah antara ISI dengan Al-Qaidah. Karena pada saat itu Daulah Islamiyah Iraq berdiri tanpa meminta restu dari Al-Qaidah yang saat itu dipimpin oleh Imam Al-Mujaddid Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullah.

Maka dari itu, asisten Az-Zarqowi ini mengirim surat kepada Komando Umum Qiyadah Al-Qaidah yang membenarkan adanya pendirian ISI, dan menegaskan di dalamnya wala’ dari Daulah (ISI) untuk Al-Qaidah. Asam garam jihad telah banyak dia rasakan sehingga menjadikan dirinya tokoh penting dalam perjuangan. Dialah Syaikh Abu Ayub Al-Mashri atau lebih dikenal dengan nama Abu Hamzah Al-Muhajir Rahimahullah.

Bendera Al-Qaidah di Irak

Profil Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir

Nama aslinya adalah Abdul Mun’im Izzudin Ali Al-Badawi. Terlahir di daerah Suhaj, Mesir pada 1968. Sedikit informasi berkenaan dengan kehidupan masa kecil dan keluarganya. Diketahui bahwa Abu Hamzah memulai pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Mesir. Pemikirannya soal perjuangan dan jihad sebenarnya sudah mulai bersama sejak dirinya menginjak remaja hingga memasuki bangku kuliah.

Tercatat saat itu Abu Hamzah ikut dalam gerakan Ikhwanul Muslimin hingga tahun 1982. Jiwa mudanya tidak ikut hanyut dalam bermegah-megahan layaknya pemuda pada umumnya. Di usianya yang belia kesadaran itu telah muncul dan mendarah daging.

Abu Hamzah pertama kali masuk ke bangku kuliah pada jurusan farmasi. Namun, tidak berselang lama dia keluar. Setelah itu mencoba masuk kembali ke jurusan bisnis, namun pada akhirnya keluar juga. Mungkin dunia farmasi dan bisnis bukanlah menjadi kecenderungan Abu Hamzah.

Akhirnya, pilihan selanjutnya adalah berlabuh ke Arab Saudi. Abu Hamzah memperdalam ulumu syar’iyah dan mengkhususkan dalam ilmu hadits. Kali ini, Abu Hamzah berhasil lulus dan mendapatkan gelar sarjana di Jami’ah Islamiyah di Madinah Al-Munawarah pada 1985.

Keluarga Abu Hamzah

Ketika memasuki tahun keempat perkuliahan, Abu Hamzah menyempurnakan separuh diennya. Setelah kelahirannya putrinya yang pertama, ia dan keluarganya pindah ke Yordania untuk bertemu dengan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan belajar ilmu hadits padanya.

Di sela-sela studinya, Abu Hamzah sempat mentahqiq beberapa kitab hadits karya Ibnu Taimiyah yang berjudul Al-Fatwa Al-Makhmudiyah Al-Kubra dan Al-Furqon Baina Auliyaurrahman wa Auliyaussyaiton. Selain itu, ia juga mentahqiq kitab hadits karya Imam Asy-Syaukani yang berjudul Iltahafa fi Madzaahibi Salaf. Bahkan ia sempat menulis sebuah karya kitab yang berjudul Al-Udzur bi Jahl.

 

Kitab Al-Furqon Baina Auliyaurrahman wa Auliyaussyaiton

Kitab Al-Furqon Baina Auliyaurrahman wa Auliyaussyaiton

Kesibukan-kesibukan lainnya di Yordania selain belajar, mentahqiq kitab dan menulis buku adalah menjadi seorang imam di sebuah masjid besar di sana. Tak berselang lama, ia beserta keluarganya kembali ke Mesir. Setelah lahirnya putra ketiga yang bernama Muadz (sebelumnya anak keduanya yang bernama Bilal lahir pada 20 Oktober 1987), Abu Hamzah meneruskan jenjang pendidikan magister ulumul hadits di Pakistan.

Karena suatu hal,belum genap satu tahun Abu Hamzah kembali ke Mesir. Kemudian bepergia menuju UEA dan mengajar ulumul hadits di sana. Lama-kelamaan muridnya bertambah banyak dari kalangan orang Salafy. Tak berselang lama, Abu Hamzah kembali ke Mesir kembali.

Awal Kiprah dalam Dunia Jihad

Pada tahun 1982, Abu Hamzah memantapkan diri bergabung dengan jamaah jihad Mesir pimpinan Syaikh Aiman Adz-Zawahiri. Bahkan dirinya dipercaya sebagai asisten pribadi beliau. Jadi, selama dirinya melanglang buana menuntut ilmu di berbagai negara, ia telah bergabung dengan EIJ (Egypt Islamic Jihad) setelah sebelumnya dalam naungan Ikhwanul Muslimin.

Abu Hamzah benar-benar masuk ke dalam dunia jihad setelah pada tahun 1999 hijrah ke bumi Afghan. Di sana ia bergabung di kamp Al-Farouq di bawah komando Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullah. Saat itulah ia mulai belajar tehnik peperangan hingga menjadi “expert” dalam hal bom .Terkhusus pada bom mobil dan truk yang sering dipakai di Iraq.

Hijrah ke Irak

Proses pembelajaran Abu Hamzah yang hanya berjalan beberapa tahun saja di kamp ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. Ia menjadi seorang ahli peledak yang ditakuti musuh-musuh Islam. Pada 2002, Abu Hamzah hijrah ke Irak karena saat itu terjadi invasi Amerika ke Afghanistan. Pada awalnya, ia tinggal di ibukota Irak, Baghdad. Kemudian pindah ke Amiriya Fainal dan ke Al-Jadida, disinilah Abu Hamzah mulai mengambil alih seluruh operasi Al-Qaidah di Irak bagian selatan.

Salah satu pemandangan kota Baghdad

Salah satu pemandangan kota Baghdad

Saat itu, Abu Hamzah mulai membangun sel-sel Al-Qaidah di Irak Selatan. Ia berhasil menarik kelompok lain yang ada untuk bergabung dalam tandzim pimpinan Syaikh Usamah Rahimahullah ini. Namun, Amerika tidak tinggal diam. Negeri Paman Sam ini menyerang Irak hingga Abu Hamzah melarikan diri ke kota Fallujah. November 2004, AS juga menyerang Fallujah lewat serangan udara dan darat. Abu Hamzah sempat berpartisipasi dalam menghadang serangan AS ini. Namun, pada akhirnya ia beserta keluarganya keluar dari Fallujah dan pindah ke kota Abu Ghuraib, pinggiran barat ibukota. Tahun 2007, Abu Hamzah pindah lagi ke daerah danau Tharthar.

Menjadi Pimpinan Al-Qaidah di Irak (AQI)

Berbicara masalah AQI tentu tidak terlepas dari peran Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi Rahimahullah. Cikal bakal AQI terlahir dari sebuah kelompok yang dipimpin Az-Zarqawi yang bernama Jama’at al-Tawhid wal-Jihad. Seiring dengan berjalannya waktu tepatnya pada Oktober 2004, Az-Zarqawi bersatu dengan Al-Qaidah pimpinan Syaikh Usamah dan mengganti nama kelompoknya dengan Tanzim Qaidat al-Jihad fi Bilad al-Rafidayn atau sering disebut dengan nama AQI (Al-Qaidah in Iraq).

Syaikh Abu Mus'ab Az-Zarqawi

Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi

Pada Juni 2006, Syaikh Az-Zarqowi syahid karena serangan Amerika. Maka saat itulah Abu Hamzah Al-Muhajir tampil sebagai pemimpin AQI yang baru. Proses pengangkatan Abu Hamzah menjadi pemimpin AQI pada awalnya ditentukan dari Az-Zarqawi sendiri sebelum kesyahidannya. Ia menentukan 6 orang agar mereka memilih pemimpin yang baru sebagai penggantinya. Maka setelah sepeninggalan Abu Mush’ab, lima orang diantaranya memilih Abu Hamzah Al Muhajir Al Mishri agar menggantikan Az-Zarqawi menjadi amir jamaah Al-Qaidah di Irak yang baru.

Berdirinya ISI (Islamic State of Iraq)

Selain sebagai amir AQI, Abu Hamzah adalah sosok pemrakarsa berdirinya ISI (Islamic State of Iraq),menurut penuturan Syaikhul Mujahid Abul Hasan Al-Kuwaiti berkenaan dalam hal ini. Langkah ini adalah murni ijtihad Abu Hamzah untuk menghindari perpecahan dan pertumpahan darah pasca penarikan mundur pasukan Amerika dari Irak. Abu Hamzah belajar dari peristiwa masa lalu ketika terjadi perpecahan dan peperangan antar sesama mujahidin Afghanistan setelah hengkangnya Uni Soviet dari Afghanistan.

Pada awalnya rencana ini tidak mendapat dukungan dari para anggota majelis syura. Mereka menolaknya disebabkan kedepannya nanti akan menciptakan krisis di medan jihad Irak. Lagipula mereka belum memiliki instrumen serta SDM yang diperlukan untuk penegakan daulah, dan juga pihak-pihak lain akan merasa terasingkan.

Setelah melalui perundingan yang alot, akhirnya dewan majelis syura menerima dengan tujuan menghindari perpecahan lain yang tak diinginkan. Kemudian mereka menuntut untuk memilih seorang amir dari mereka, lalu Abu Hamzah menjawab, “Kami sudah memiliki nama amirnya”. Ia pun menunjuk Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi untuk diserahi kepemimpinan ini, kemudian wakilnya nanti akan berasal dari sisa 6 jamaah lainnya yang bergabung di dalam majelis syura.

Maka, setelah berdirinya ISI, Abu Hamzah segera mengirim surat kepada Komando Umum Qiyadah Al-Qaidah yang membenarkan adanya pendirian ISI, dan menegaskan di dalamnya Wala’ dari Daulah (ISI) untuk Al-Qaidah. Pada awalnya memang pendirian ISI ini diprakarsa oleh AQI dalam hal ini Abu Hamzah sendiri sebagai pimpinannya. ISI juga dipimpin tokoh yang berasal dari AQI juga, yaitu Abu Umar Al-Baghdadi.

Pada April 2007, ISI mendeklarasikan kabinetnya. Dalam susunan kabinet ISI berjumlah sepuluh menteri di bawah kepemimpinan Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi. Abu Hamzah termasuk di dalam kabinet ini sebagai Menteri Urusan Perang (Minister of War).

Syahidnya Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir

Pada Oktober 2006, sempat diberitakan akan kesyahidan Abu Hamzah dalam serangan AS di Haditha. Bahkan, sebelumnya pada Mei 2007, tersiar kabar syahidnya pimpinan AQI, Abu Hamzah pada pertempuran internal mujahidin. Namun, itu hanyalah kabar burung belaka. Ternyata mujahid yang syahid saat itu bukanlah Abu Hamzah melainkan Muharib Abdul Latif al-Jubouri, anggota senior AQI sekaligus menteri hubungan kemasyarakatan dari kabinet ISI.

Abu Hamzah sudah menjadi incaran koalisi angkatan bersenjata sejak tahun 2005. Pemerintah AS dimana saat itu masih dipimpin G.W. Bush menghadiahi nyawa Abu Hamzah dengan $25 juta dolar. Amerika mulai gerah ternyata setelah kesyahidan Az-Zarqawi muncul suksesor yang setara kemampuannya. Maka dari itu, Abu Hamzah menjadi incaran Amerika dibantu dengan sekutunya dari pasukan koalisi dan tentara Irak sendiri.

Tepatnya pada 18 April 2010, Abu Hamzah benar-benar menjemput syahid dalam sebuah operasi gabungan AS dan Irak di Thar-Thar, 80 km (50 mil) barat laut Baghdad. Saat itu Abu Hamzah bersama Abu Umar Al-Baghdadi sedang menghadiri sebuah pertemuan penting. Serta merta mereka diserang oleh tentara koalisi AS lewat jalur darat dan udara.

Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir

Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir

Pihak ISI pun memberikan pernyataan resmi berbahasa Arab yang ditandatangani oleh Abu al Walid Abdul Wahhab al Masyhadani selaku Menteri Syariah Daulah Islam Irak. Pernyataan itu berisi konfirmasi syahidnya Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir dan Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi. Syahidnya dua pemimpin besar mujahidin Irak ini tidak menjadikan perjuangan dan jihad melemah. Justru dijadikan cambuk akan munculnya sosok-sosok pemimpin yang baru dan membawa Islam dalam kejayaan.

Selamat berbahagia wahai Asy-Syahid Abu Hamzah Al-Muhajir. Perdaganganmu dengan Allah berbuah keuntungan yang besar, yaitu jannah-Nya yang kekal abadi.

Penulis: Dhani El_Ashim

Sumber:

  1. /2014/05/03/inilah-penegasan-al-qaidah-untuk-jn-dan-isis/
  2. https://en.wikipedia.org/wiki/Abu_Ayyub_al-Masri
  3. http://www.islamist-movements.com/26756
  4. http://www.dzayerinfo.com/ar/mobile/tahk/3511.html

Leave a Reply