KIBLAT.NET – Pada edisi sebelumnya telah dibahas bagaimana sepak terjang syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi di penjara dan mengukir karakter di bawah bimbingan syaikh Al-Maqdisi. Dilanjutkan dengan kebebasannya dari penjara dan kembali ke kancah jihad Afghanistan. Akhirnya, Zarqawi meninggalkan Afghan dan berlabuh ke Irak hingga syahid di sana. Bagaimanakah kisahnya? Simak hanya di sini. Jalan Liku […]

Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi, Generasi Kedua Al-Qaidah (1/3)

KIBLAT.NET –  Perang panjang kembali digelar pasca tragedi 9/11. Dengan dalih memerangi terorisme, Amerika dengan pongahnya menginvasi beberapa negara yang ia anggap sebagai dalang terorisme. Seiring dengan berkecamuknya arena peperangan, pada saat itu muncul nama-nama mujahid yang dianggap AS sebagai tokoh kunci para jihadis.

9/11

9/11

Sebut saja Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullah yang saat itu menjadi buronan AS. Selain amir Al-Qaidah pertama ini, masih ada sosok yang juga dinobatkan sebagai buron nomor wahid tentara pendudukan AS. Perbedaanya dengan Syaikh Usamah adalah ia bukanlah tokoh yang lahir dari rahim Al-Qaidah. Dalam ranah aksi dan pemikiran pun, ia tak jarang berseberang pendapat dengan Syaikh Usamah dan jajarannya.

Namun, pada akhirnya fusi antara orang Yordania dan Syaikh Usamah dengan Al-Qaidahnya menjelma sebagai kekuatan dahsyat yang menyebabkan AS gagal merampungkan misinya di Iraq. Siapakah dia? Dia adalah Ahmad Fudlail Nizal Al-Khulailah atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Mush’ab Az-Zarqawi.

Potret Zarqawi Kecil

Zarqawi adalah penduduk asli Yordania. Gelar yang ia sandang dengan nama Abu Mush’ab Az-Zarqawi adalah gelar yang belum pernah diketahui orang-orang di Yordania. Nama itu adalah nisbat dari kota Az-Zarqa’ di mana ia dilahirkan di kota itu pada 30 Desember 1966. Kebanyakan penduduk kota—yang jaraknya 25 km di sebelah timur ibukota Amman—adalah dari golongan fakir dan menengah.

Zarqawi dilahirkan dari keluarga miskin di provinsi yang berasal dari klan (keluarga besar) Bani Hasan, yang merupakan klan terbesar di Yordania. Kampung halaman klan ini adalah sepanjang daerah pelosok Yordania yang membentang dari perbatasan Yordania dengan Iraq dan Suriah sampai ke kota Az-Zarqa dan Gersy. Keduanya terletak di Yordania.

Lokasi wilayah Zarqa', Yordania

Lokasi wilayah Zarqa’, Yordania

Kehidupan badui adalah pilar utama dalam pembentukan watak Zarqawi. Orang badui adalah orang yang berwatak baik, cepat melupakan kesalahan orang; cintanya kepada orang lain bersifat sepintas lalu, Watak badui ini tidak bisa lepas dari Zarqawi dalam memahami atau dalam hubungannya dengan orang lain.

Az-Zarqawi pun memiliki sifat mulia, berani, dan ramah, layaknya seorang badui. Seorang badui juga dikenal dengan sikap balas dendam, sama sekali ia tidak akan melupakan perlakuan buruk musuhnya sampai kapanpun. Dan kebanyakan, seorang badui mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi untuk membalaskan keinginan balas dendamnya.

Zarqawi menghabiskan masa kecilnya di distrik Ramzy, salah satu distrik kumuh berpenduduk padat, kota Az-Zarqa. Pada jarak puluhan meter dari kampungnya, Zarqawi kecil bersama teman-temannya suka bermain-main di sebuah kuburan di wilayah distrik Ma’shum yang merupakan distrik kumuh terkuno di kota Az-Zarqa. Distrik ini kemudian tumbuh pesat karena keberadaan kamp-kamp tertua tentara Yordania di sana sejak kerajaan dibangun. Kota Az-Zarqa kemudian menjadi kota yang menyedot arus urban ke sana—termasuk orang yang bekerja di luar kota ini–karena murahnya kehidupan (living cost) disana.

Zarqawi kecil, sedari dini, telah tumbuh kesadaran tentang hidup bersama kejahatan dan kebaikan sekaligus. Ia bisa hidup dengan dua hal yang kontradiktif ini. Selain masa kecil yang lama dia habiskan di antara kuburan-kuburan itu menumbuhkan perasaan “berdamai” dengan nilai-nilai kontradiktif antara kematian dan kehidupan. Di kuburan itulah, Zarqawi merajut benang-benang terpenting persahabatannya.

Hingga sekolah menengah tingkat atas, Zarqawi belajar di kota Az-Zarqa’—sebuah kota yang hampir semua jalan-jalan di kota itu dihiasi dengan masjid. Menginjak dewasa, Zarqawi menjadikan masjid Abdullah bin Abbas—yang berdampingan dengan rumahnya—sebagai rumah keduanya. Di masjid inilah, Zarqawi mulai merajut kembali tali persahabatan baru.

Teman-teman barunya kebanyakan berasal dari berbagai jamaah Islam. Beragam jamaah—dengan ijtihadnya yang berbeda-beda—sama-sama berusaha mendorong kaum muda untuk berjihad.Hingga ide jihad dan mati syahid tumbuh berkembang dalam diri Zarqawi. Dengan demikian, langkahnya pun mantap untuk meninggalkan seluruh kenangan masa kanak-kanak dan remajanya yang ia bangun di pekuburan—tanpa meninggalkan hubungan yang sudah dibangunnya pada masa-masa remajanya.

Pengalaman Pertama ke Afghanistan

Jalan jihad melawan komunis yang menjajah Afghanistan terbentang mudah di Yordania—seperti juga umumnya negara-negara Arab—bagi orang-orang yang merindukannya dan ingin mati syahid. Padahal Palestina lebih dekat bagi warga Yordania secara umum, dan bagi Zarqawi secara khusus—baik dari sisi geografis maupun psikis, setidaknya dengan melihat susunan demografi penduduk Yordania, yang separuhnya berasal dari para pengungsi Palestina dan sebagian yang lain warga Yordania yang asal-muasalnya berasal dari Palestina juga.

Dalam sebuah surat yang ia tujukan untuk saudara sesama klan, Zarqawi menyeru saudara-saudaranya untuk berjuang demi mengibarkan panji Islam dan terjun ke medan jihad melawan setiap orang yang menghalangi perang terhadap Israel. Dalam suratnya itu, Zarqawi menyatakan, asal-usul klannya berasal dari kota Jerussalem (Al-Quds). Inilah isi suratnya

“Wahai kaumku, kembalilah kepada agama kalian. Islam adalah kejayaan dan kehormatan kalian. Ia adalah kejayaan ayahanda kalian dan nenek moyang kalian yang memperoleh kemuliaan untuk ikut serta di bawah panji Shalahuddin Al-Ayyubi di Hittin dan kemuliaan untuk ikut serta bersama suku-suku yang lain dalam membebaskan Jerussalem. Shalahuddin memberikan hak konsesi tanah di daerah-daerah sekita rJerussalem kepada suku-suku yang ikut serta bersamanya,adalah demi menjaga kota itu dari serangan kaum Salib. Shalahuddin berpesan, ‘Inilah tempat berisra’ kakek kalian ,maka jagalah ia’, yang ia maksud adalah Nabi SAW. Bagian konsesi bani Hasan adalah di bagian barat daya dari kota Jerusssalem. Di sanalah bani Hasan tinggal dan beranak-pinak di desa-desa Al-Walijah, Ain Karim, Al-Malihah, dan lain sebagainya…

Wahai kaumku…nenek moyang kita pada waktu itu telah menjaga tanah-tanah tersebut dan melindungi Jerussalem yang mulia, mereka hidup dengan kegemilangan dan kekuatan Islam, oh para bapak yang muhlisin”.

Sebagaimana para pemuda Yordania muslim yang lain, Zarqawi mempunyai semangat pergi ke Afghanistan di akhir tahun 1980-an. Di sanalah para pemimpin seperti Abdullah Azzam dan Usamah bin Ladin berada. Impian Az-Zarqawi adalah berjihad dan bergabung bersama Abdullah Azzam. Zarqawi pun memperoleh latihan militer. Pengetahuan agama dan politiknya berkembang di tengah-tengah perang yang seru antara mujahidin dari Arab dan Afghan dengan tentara penjajah Soviet.

Syaikh Abdullah Azzam

Syaikh Abdullah Azzam

Syaikh Usamah bin Ladin

Syaikh Usamah bin Ladin

Saat berada di Afghanistan, Zarqawi tak lupa membuat hubungan yang erat dengan masyarakat Afghan-Arab. Seorang saudari kandungnya dinikahi salah seorang mereka, sebagai bentuk penghargaan Zarqawi atas keberanian lelaki itu yang kehilangan salah satu kaki dalam perang melawan Soviet.

Dalam acara perayaan pengantin yang digelar, Zarqawi memperkenalkan dirinya secara luas ke tengah-tengah komunitas itu, khususnya kepada Abu Al-Harits Al-Hiyari yang pernah memimpin perang melawan Soviet di kawasan Khost. Al-Hiyari memiliki sepak terjang yang sulit ditandingi dalam sejarah peperangan Afghanistan. Atas dasar hubungan sosial inilah kemudian Zarqawi melangkah menuju loncatan baru.

Di antara hubungan terpenting yang dibuat Zarqawi di Afghanistan adalah hubungan yang dibangunnya dengan ‘Isham Al-Burqawi yang dikenal dengan nama Abu Muhammad Al-Maqdisi tahun 1989. Al-Maqdisi adalah pilar ketiga dalam pembentukan watak Zarqawi.

 Syaikh ‘Isham Al-Burqawi

Syaikh ‘Isham Al-Burqawi

Dialah tokoh yang mula-mula menjadi pendamping perjuangan dan teman, sekaligus juga guru bagi Zarqawi. Dialah yang memoles visi organisasi dan sepak terjang yang dimiliki Zarqawi. Dia pulalah tokoh yang memonitor Zarqawi, setelah Zarqawi menjadi amir bagi sebuah kelompok dalam penjara. Kemudian dia juga tokoh yang mengkritik Zarqawi dan menasihati Zarqawi tatkala ia berada di penjara Yordania sedangkan Zarqawi berada di Iraq.

Pasca hengkangnya tentara Soviet dari Afghanistan dan berkobarnya perang antara faksi-faksi Afghanistan, tidak ada lagi musuh yang bisa diperangi para mujahidin Arab.Akibatnya, impian mereka untuk berjihad di Afghanistan hilang percuma. Karena itu, mujahidin Arab yang mampu kembali ke negerinya tanpa bayang-bayang ancaman pihak keamanan setempat, kembali ke negara masing-masing untuk menularkan ilmunya.

Nampaknya, inilah yang mendorong Zarqawi untuk kembali ke Yordania. Ia mendirikan organisasi dan mengembangkan pandangan-pandangannya. Ia bersepakat dengan Al-Maqdisi—yang lahir di Palestina dan datang dari Kuwait di mana keluarganya ada di sana—untuk masuk Yordania pada pertengahan 1993. Tujuannya mendirikan organisasi keagamaan yang secara pemikiran ia maksudkan, pertama-tama, untuk menggalang para pemuda dan mendidiknya dengan ideologi jihad. Selanjutnya diikuti dengan langkah mengumpulkan senjata dan bom untuk latihan terlebih dahulu, lalu melakukan operasi militer terhadap Israel.

Abu Muhammad Al-Maqdisi sang arsitek utama organisasi ini—yang mereka namakan sebagai Jamaah At-Tauhid—mulai memberikan pelajaran dan kuliah di masjid-masjid dan tempat-tempat perkumpulan pemuda. Tujuannya menarik mereka menjadi anggota organisasi baru itu. Kebanyakan pendiri organisasi ini, termasuk Al-Maqdisi dan Zarqawi, belum berpengalaman dalam berorganisasi. Maka dengan mudah mereka jatuh dalam jaring-jaring pihak keamanan Yordania,hanya beberapa waktu saja setelah mereka mulai kegiatan.Keduanya dan juga anggota organisasi ini dijebloskan ke dalam penjara pada tanggal 29 Maret 1994. Mereka diseret ke pengadilan keamanan negara dengan tuduhan kasus yang oleh pihak berwenang Yordania dinamakan kasus Baiah Al-Imam.

Konon ketika di penjara Az-Zarqawi akan mulai mengukir karakternya di bawah bimbingan Syaikh Al-Maqdisi. Bagaimanakah kisahnya??? Simak di edisi selanjutnya..

Penulis : Dhani El_Ashim

Sumber dari buku Generasi kedua Al-Qaidah karya Fuad Hussein

Leave a Reply