KIBLAT.NET, Washington – Pada Selasa (05/01), pasukan khusus AS melancarkan operasi gabungan bersama tentara nasional Afghanistan untuk sebuah misi memerangi Taliban yang semakin hari semakin banyak meraih kemajuan, termasuk merebut dan menguasai banyak distrik wilayah Helmand, Afghanistan Selatan.
Di luar dugaan, unit pasukan khusus AS bersama sekutu lokalnya harus menghadapi perlawanan sengit para pejuang Imarah Islam (Taliban) yang secara moril lebih siap, karena di samping penguasaan medan yang lebih baik, mereka memiliki optimis tinggi setelah mengontrol banyak wilayah.
Sejumlah media melaporkan, puluhan anggota pasukan elit Amerika itu terjebak di “killing zone” di kota Marjah sehingga harus mencari cover untuk berlindung dari tembakan mujahidin. Meski demikian, sejauh ini Pentagon hanya mengakui 1 tentaranya tewas dan 2 lainnya terluka, termasuk sebuah helikopter hancur.
Kepala bagian penerangan Pentagon, Peter Cook mengatakan, “Jangan anda sebut itu sebagai pertempuran”, dan ia pun terus menekankan permasalahan tersebut. Cook beserta para pejabat Pentagon lainnya terlihat semakin putus asa untuk menghindari diksi atau penggunaan kata “combat” saat berbicara mengenahi Afghanistan. Sebaliknya, para perwira militer Amerika menamai misi negaranya itu sebagai sebuah operasi “pelatihan, konsultasi, dan asistensi”, serta mencoba untuk mengingkari kenyataan bahwa yang sedang terjadi itu adalah pertempuran bersenjata. Mereka pun mengatakan bahwa Afghanistan merupakan “tempat yang berbahaya”.
Pasukan gabungan Afghanistan-Amerika telah dikerahkan untuk merespon atau menetralisir kemajuan Taliban di Provinsi Helmand dengan satu tujuan yang sangat jelas, yaitu memerangi para jihadis. Demikian juga jet-jet tempur AS sudah puluhan kali melakukan serangan udara menargetkan posisi-posisi pejuang Taliban di Helmand. Jadi, mengapa Pentagon masih berpura-pura dan me-negasi-kan fakta dengan mengatakannya sebagai situasi “non-tempur”?
Meski sudah menjajah dan menduduki Afghanistan selama lebih dari 14 tahun, saat ini para pejabat Pentagon nampaknya semakin alergi menyinggung segala hal yang dilakukan negaranya di Afghanistan sebagai bagian dari pertempuran, meskipun secara jelas tentara mereka menembaki orang dan melakukan pemboman. Amerika terlanjur membuat narasi bahwa mereka sudah “menang” di Afghanistan dan misi tempur militer Paman Sam sudah dinyatakan selesai saat mereka mengumumkan penarikan mundur pasukan pada tahun 2015 lalu. Selanjutnya, narasi baru Amerika yang saat ini sedang dibangun di Afghanistan salah satunya adalah untuk melakukan misi peran pendukung.
Dengan demikian, pengakuan bahwa tentara Amerika terlibat pertempuran melawan Taliban seperti yang terjadi dua hari yang lalu dan terus berlangsung hingga saat ini dianggap bisa melemahkan narasi-narasi tersebut. Jika itu terjadi, akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan bagi institusi sebesar Pentagon. Termasuk bahwa segala kemajuan yang selama ini di-narasikan oleh Pentagon akan menguap begitu saja jika aktifitas pertempuran yang riil ataupun sekedar diksi “combat” kembali menyeret Pentagon di Afghanistan.
Inilah yang terjadi saat ini di Departemen Pertahanan AS yang ternyata bukan hanya di Afghanistan saja. Pentagon juga menerapkan metode komunikasi publik secara manipulatif untuk menutupi kegagalan misi mereka selama bertahun-tahun dengan menyebut atau melabeli pertempuran melawan ISIS di Iraq saat ini sebagai bagian dari operasi pelatihan.
Sumber: Antiwar
Penulis: Yasin Muslim