Tulisan ini lanjutan halaman sebelumnya
KIBLAT.NET – Mullah Obaidul Rahman adalah salah seorang komandan Taliban yang terkenal dan merupakan keponakan al-syahid Mullah Akhtar Muhammad Uthmani. Pada bulan Juli 2010 saat menginjak usia 25 tahun beliau menjadi komandan mujahidin di medan jihad Sangin.
Beliau menceritakan, “Musuh telah mendirikan sekitar 30 pos pemeriksaan di suatu daerah yang sebenarnya tidak terlalu besar di antara Sangin dan Greshk. Demikian juga mereka membangun pos militer cukup besar di dekat pasar Sangin dan di perempatan Majeed. Di waktu yang sama, musuh menempatkan banyak pasukan untuk mengamankan area di sepanjang jalan menuju Kajaki, meski demikian seluruh wilayah pedalaman berada di bawah kontrol mujahidin.
“Setiap kali musuh meninggalkan markas untuk keluar melakukan patroli penyerangan, mereka harus selalu berhadapan dengan ladang ranjau yang sudah dipasang dengan berbagai macam bom improvisasi atau IEDs, dan terkadang menuju area ambush yang sudah disiapkan oleh beberapa regu Mujahidin yang kemudian menyikat musuh tersebut dengan RR 82 mm, RPG, sniper, dan senapan serbu M-16. Bukannya melakukan kontra-serangan, seringnya musuh malah merespon dengan granat asap untuk memudahkan mereka menolong kawan-kawan mereka yang terluka kemudian langsung balik kanan pulang kembali ke markas.
Sniper Mujahidin Satu Per Satu Sikat Musuh
Markas musuh yang terletak di perempatan Majeed sering menjadi sasaran tembak sniper mujahidin yang selalu mengincar mereka dari lokasi tersembunyi di gedung-gedung terdekat. Mujahidin membuat sebuah lubang kecil digunakan untuk mengarahkan tembakan ke personil pasukan musuh yang berani menampakkan diri.
Dengan cara ini mujahidin berhasil menewaskan banyak personil musuh yang berjaga di menara sehingga menara tersebut kini dilengkapi dengan sistem kamuflase untuk menyulitkan para sniper mujahidin dalam melakukan pengincaran.
Sniper Mujahidin Cegat Pesawat Pengintai
Musuh juga menggunakan berbagai jenis pesawat kecil yang diterbangkan dari basis mereka untuk melakukan pengintaian sebelum berpatroli. Namun demikian mujahidin telah mampu mengatasinya dengan tembakan sniper, sehingga 12 unit pesawat kecil berbagai bentuk tersebut kini menjadi milik mujahidin.
Hal yang sama terjadi sekitar satu setengah bulan yang lalu ketika mujahidin berhasil menghancurkan 35 unit kendaraan pengangkut lapis baja (APC) musuh di satu daerah itu saja dengan menggunakan bom IEDs dan tembakan roket (RPG-7, RR BM-10, dll.)
Cara Cerdas Nan Mudah Atasi Robot Berteknologi Tinggi
Mullah Obaidul Rahman juga bercerita bagaimana mereka para mujahidin mengatasi teknik baru berteknologi canggih yang digunakan oleh pasukan penjajah asing. Ia mengatakan semenjak musuh (pasukan asing) mengalami banyak kerugian dan jalur-jalur akses mereka mulai banyak tertutup akibat sistem bom IEDs mujahidin yang bisa bekerja secara efektif, mereka mulai menggunakan kendaraan robot yang berfungsi sebagai unmanned-scout “pembuka” jalan sebelum para personil pasukan mereka melakukan patroli.
Teknik ini dinilai cukup berhasil meng-counter dan menetralisir banyak bom IEDs mujahidin. Kendaraan robot akan bergerak menuju area yang diinginkan, mendeteksi posisi bom IEDs, lalu meletakkan eksplosif ke titik-titik bom IEDs yang teridentifikasi tersebut. Setelah robot dan seluruh pasukan berada pada jarak aman, IEDs lalu diledakkan secara sympathetic dengan eksplosif tersebut.
Keberadaan mobil robot anti-bom sempat memicu kekhawatiran di kalangan mujahidin, sehingga pada suatu hari 2 orang mujahid pemberani dengan berkendara sepeda motor mendekati pos musuh ke tempat di mana bom IEDs dipasang untuk memancing robot tersebut keluar. Pada saat mobil robot mulai bekerja keluar mencari bom IEDs, salah satu mujahid itu berlari mendekatinya lalu memanggul robot tersebut dengan membungkusnya menggunakan kain kafan di pundaknya. Setelah itu mujahid kedua datang menjemputnya dengan naik sepeda motor sebelum akhirnya mereka berdua tancap gas dengan menggondol “hadiah piala” berupa mobil robot pendeteksi bom.
Kedua mujahid pelaksana misi “operasi penaklukan robot” itu bercerita saat robot sudah berhasil ditangkap dan diangkut dengan naik motor, berkali-kali robotnya “nge-beeb” mengeluarkan bunyi dengan berbagai macam suara. Ini membuktikan bahwa teknologi secanggih apapun tidak berarti apa-apa jika berhadapan dengan kekuatan Iman.
Para Syuhada Pahlawan Tanpa Nama
Sudah menjadi sunnatullah bahwa epik-Sangin sebagaimana semua kisah kemenangan dalam perjuangan manusia hanya dapat diperoleh dengan pengorbanan banyak nyawa para pejuang, dan juga pengorbanan yang tanpa pamrih dari kafilah para pahlawan tanpa nama yang telah mempersembahkan jiwanya kepada Rabb semesta alam. Tidak ada tujuan lain selain mengharap ridho-Nya.
Kali ini adalah kisah seorang laki-laki tua dari desa Alokozo di daerah Sarwan Kala yang dengan gagah berani menampakkan izzah dan kekuatan imannya di hadapan musuh. Peristiwanya terjadi pada tanggal 18 Januari 2011 saat ia menimpuk kepala seorang komandan pasukan Amerika dengan menggunakan batu sehingga membuat komandan tentara penjajah itu tertidur lelap untuk selamanya. Tidak ada yang ingat siapa nama lelaki tua itu yang akhirnya menjemput syahid akibat terjangan ratusan butir timah panas di tubuhnya.
Kisah selanjutnya terjadi sebulan kemudian, ketika seorang remaja tanggung berhasil menusuk 2 orang tentara AS hingga tewas di pasar Sangin. Kali ini diketahui nama remaja tersebut adalah Jalat Khan.
Di antara para mujahid “al-abthol” atau para pahlawan yang telah mempersembahkan jiwa mereka dalam berbagai medan pertempuran di Sangin di mana dengan pengorbanan penuh barokah mereka itulah saat ini kita ikut merayakan kemenangan di Sangin.
Di antara para pahlawan syuhada itu adalah: Mullah Abdul Bari, Haji Nasrullah, Mawlawi Sa’aduddin, Hafiz Nasim, Mullah Muhammad Nazar Farooqi, Mullah Abdul Qawi, Mullah Amin Tofan, Mullah Abdul Ghafar, Mullah Lala, Haji Ahmad, Haji Mullah Muhammad Jamali, dan ratusan syuhada lainnya yang tidak diketahui namanya, semoga Allah SWT menerima kesyahidan mereka semua.
Taktik Usang yang Tak Pernah Lekang
Para penjajah telah mengerahkan segala kekuatan yang mereka punyai untuk menundukkan Sangin, mendirikan ribuan pos militer di seluruh propinsi (Helmand) dan ratusan di antaranya ada di Sangin sebelum akhirnya mereka lelah sementara taktik gerilya mujahidin tiada henti terus memakan korban para penjajah tersebut.
Pada tanggal 19 Mei 2013 ratusan mujahidin menyeberangi Sungai Helmand yang terkenal ganas dan menyusup ke daerah Sarwan Kala. Operasi ini secara resmi mengakhiri penggunaan taktik gerilya untuk kemudian masuk ke tahap perang frontal dengan melancarkan serangan berskala besar, di antaranya terhadap pos checkpoint milisi shahawat Arbaki.
Mujahidin Taliban dengan mudah membereskan pos pemeriksaan musuh ini, tetapi untuk basis-basis militer musuh yang dibangun dengan sistem pertahanan yang kuat perlu sebuah taktik & strategi yang sebenarnya sudah usang tersimpan dalam buku-buku sejarah. Sebuah taktik yang digunakan oleh pasukan Perancis saat melawan sistem pertahanan tentara Jerman seratus tahun yang lalu di era Perang Dunia I.
Menurut seorang komandan Taliban, mujahidin dengan bersusah payah mulai menggali terowongan yang menuju pos militer musuh dengan sistem pertahanan yang kuat tersebut dari jarak sekitar seratusan meter sebelum kemudian meletakkan antara 1.000-1.200 kg bahan peledak (eksplosif) tepat di bawah markas mereka, lalu meledakkannya sehingga menyebabkan struktur bangunan pos militer tersebut hancur berkeping-keping.
Di Bawah Naungan Bendera Putih Imarah Islam
Menyadari kepentingan yang strategis akan distrik Sangin, gubernur Helmand Mullah Abdul Manan Akhund awalnya membersihkan daerah Sarwan Kala dan menutupnya dari akses jalan raya yang membentang hingga Kajaki. Atas permintaannya pula, mujahidin kemudian meledakkan seluruh pos pemeriksaan yang ada di antara distrik Sangin dan distrik Gerishk sehingga menyebabkan pasukan musuh betul-betul terisolasi di Sangin.
Dalam rangka membuka blokade dan pengepungan mujahidin serta membalikkan kemajuan yang telah dicapai mujahidin Taliban, pemerintah boneka melancarkan operasi dengan nama sandi “Zulfiqar” pada bulan Februari 2015 yang lalu di mana mereka kemudian menembaki pasar Malmand dan meratakan dengan tanah sekitar 1.500-an rumah dan kebun di sepanjang jalan antara Gerishk dan Sangin.
Namun demikian tindakan bodoh yang biadab dan barbar ini gagal memenuhi target seperti yang diinginkan pemerintah boneka di Kabul, dan justru “merugikan” mereka sendiri karena telah memicu gelombang kemarahan secara nasional sehingga hasil akhirnya adalah sebagaimana yang kita saksikan saat ini: Sangin telah dibersihkan dari elemen-elemen musuh yang selalu menyebabkan penderitaan, dan selanjutnya hidup di bawah naungan bendera putih “Laa Ilaaha Illallah” Imarah Islam Taliban.
Tulisan ini lanjutan halaman sebelumnya
Penulis: Yasin Muslim
Sumber: Voice of Jihad (Shahamat)