Kamis, 9 Jumadil Awwal 1437 H / 18 Februari 2016

Perseteruan Saudi-Iran, Sinyal Bagi AS Menentukan Keberpihakan

KIBLAT.NET, Washington – Seorang petinggi di Pusat Hubungan Luar Negeri AS, Philip Gordon mengatakan, memanasnya Arab Saudi-Iran merupakan sebuah sinyal bagi Amerika Serikat untuk berpihak.

Ia membeberkan bahwa spekulasi memanasnya hubungan dua negara tersebut menandakan suatu pilihan bagi AS, antara memilih Arab Saudi ataukah Iran.

“Saya berpikir bahwa salah satu pesan dari Saudi ke Amerika Serikat adalah  tentang perlunya untuk memilih antara Riyadh dan Teheran,” katanya beberapa waktu lalu, seperti dilansir Anadolu Agency.

Dia juga memaparkan, Kerajaan Arab Saudi tidak akan membuat konsesi dalam mendukung kepentingan Syiah Iran, seperti halnya tentang kekuasaan rezim Assad di Suriah.

Selain itu, Arab Saudi selama ini juga resah atas kesepakatan nuklir antara Teheran dan Washington. Sehingga AS sendiri melancarkan operasinya di Suriah untuk mengobati rasa sakit Saudi tersebut.

Wakil Presiden untuk kebijakan dan penelitian di Institut Timur Tengah, Paul Salem mengungkapkan, bila hal ini benar maka pembicaraan Jenewa tidak akan berjalan lancar.

“Saya ragu bahwa pembicaraan Suriah yang direncanakan 25 Januari di Jenewa dapat berlangsung. Saya pasti tidak melihat Arab Saudi dan Iran dapat berada di meja yang sama dalam waktu dekat,”ujarnya.

Bahkan, memanasnya hubungan kedua negara tersebut berpotensi akan mempersulit langkah koalisi anti-ISIS di Suriah dan Irak.

“Hal ini juga mempersulit perjuangan melawan ISIS dalam arti bahwa ISIS akan mengambil kesempatan untuk mengeksploitasi dua kekuatan regional yang telah beradu satu sama lain,” tambahnya.

Senior Program Timur Tengah di Carnegie Endowment for International Peace, Frederic Wehrey turut berkomentar, akhir dari pada ini semua adalah pembentukan kubu Syiah dan Sunni sendiri-sendiri.

“Sifat dari kerusakan regional, merupakan pemogokan yang telah meradang antara Syiah-Sunni, atau perpecahan Arab-Persia, tapi seharusnya tidak membawa kita untuk menyimpulkan bahwa kedua negara terkunci dalam persaingan,” pungkasnya.

Memanasnya hubungan ini terjadi tatkala pemerintah Saudi mengeksekusi Nimr Baqir al-Nimr yang kemudian mendapat kecaman dari Iran. Setelahnya pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Saudi di Teheran dan membakarnya.

Sehari kemudian, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran menyusul serangan pada misi di Teheran dan Mashhad. Setelahnya memerintahkan diplomat Saudi untuk meninggalkan Iran dalam waktu 48 jam. Hal ini juga menghentikan semua penerbangan ke dan dari Iran.

Sumber: Anadolu Agency
Penulis: Dio Alifullah

Leave a Reply