“Ketika saya melihat sekelompok pejuang Chechen memakai ikat kepala bertuliskan ‘La ilaha illalah…’ (Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya), dan meneriakkan takbir (Allahu-Akbar!), Saya menyadari bahwa ada jihad di Chechnya dan saya harus pergi ke sana.” (Khattab) KIBLAT.NET – Pada edisi pertama telah dibahas bagaimana sepak terjang Khattab dari lahir  hingga menjelma menjadi […]

Adam Yahiye Gadahn, Pahlawan Islam yang Lahir dari Rahim Lawan (2/3)

KIBLAT.NET – Pada edisi sebelumnya telah dibahas bagaimana kondisi keluarga Adam yang unik dan perjalanan sulit nan panjang meniti hidayah menuju Islam.

Di edisi kedua akan dibahas bagaimana kiprah pahlawan Islam ini hijrah ke Afghanistan demi memperjuangkan dienullah bersama para mujahidin. Inilah jalan perjuangannya.

Melangkah Dalam Dunia Jihad

Setelah cahaya Islam memenuhi jiwanya, Adam mencoba mencari komunitas untuk memperdalam keislamannya. Hal pertama yang ia lakukan adalah pergi ke Islamic Centre dan mengikrarkan syahadat di depan khalayak. Islamic Centre yang ia datangi berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan motor di daerah Garden Grove yang bernama Islamic Society of Orange County.

Secara umum keluarganya tidak begitu mempermasalahkan atas keputusan Adam. Hanya beberapa masalah kecil yang timbul, tetapi hal itu tidak mengganggu Adam dalam menjalankan kewajibannya sebagai muslim. Komunitas muslim di daerahnya pun menerima Adam dengan tangan terbuka.

Komunitas muslim di sana terdiri dari berbagai kelompok seperti jamaah Tabligh, Salafi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan Jihadi. Bahkan ada beberapa yang berasal dari Syiah yang mengaku bagian dari Islam. Ketika dihadapakan dengan beberapa komunitas yang ada, ternyata Adam lebih tertarik pada dunia jihad.

Dua alasan yang mendasari Adam tertarik pada dunia jihad adalah

pertama, ingin membantu kaum muslimin yang tertindas oleh musuh-musuh Islam. Adam melihat bahwa umat Islam di penjuru dunia berada dalam masa keterpurukan sehingga darah-darah mereka sangat murah harganya.
kedua, Adam ingin berpartisipasi aktif dalam pembentukan pemerintahan Islam atau daulah.

Sebelumnya, Adam bertemu seorang mujahidin yang bernama Abu ‘Aa’id Al-Filistini. Nama aslinya adalah Khalil Said Al-Deek, juga dikenal dengan nama Yosep Adam. Ia adalah seorang insinyur komputer sekaligus veteran Afghan dan Bosnia yang aktif dalam bidang media. Bidang yang ia garap adalah rekaman audio video dari ceramah-ceramah Syaikg Abdullah Azzam rahimahullah. Semua rekaman-rekaman yang ada ia kumpulkan dan dikonversi ke format digital.

Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah

Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah saat berceramah

Khalil Said adalah penduduk asli Amerika sebagaimana Adam. Saat terakhir kalinya ia mengadakan perjalanan ke Amerika, Khalil membawa beberapa video-video mujahidin dari berbagai tempat di seluruh dunia. Ia juga bercerita kepada Adam soal kamp-kamp pelatihan Thaliban yang pada saat itu berkuasa di sebagian wilayah Afghanistan. Juga soal penerapan syariat Islam oleh Thaliban di wilayah kekuasaannya. Inilah yang membuat Adam berteka bulat untuk hijrah ke Afghanistan dan bergabung pada kafilah jihad.

Hijrah Ke Bumi Jihad

Untuk pertama kalinya pada Juli 1997, Adam menginjakkan kakinya di Pakistan dan Afghanistan.
Namun, perjalanan Adam di bumi jihad ini tidaklah mulus dan mudah. Ia sempat sakit karena lelahnya perjalanan menuju Peshawar. Kondisi tubuh yang kurang fit menyebabkan dirinya terjena infeksi usus. Akan tetapi,  mujahid ini tetap sabar walau terkadang masih teringat kampung halamannya di Amerika.

Latihan militer yang dia jalani terasa begitu berat karena berat badannya yang over. Ketika itu Adam mempunyau berat badan 220 pound atau sekitar 100 kg. Dengan berat badan seperti ini tentu membuatnya sulit untuk bergerak. Masalah ini tidak membuat Adam berputus asa begitu saja. Ia tetap berusaha semaksimal mungkin dalam pelatihan.

Pelatihan Adam di kamp Farouq di Khost tidak berjalan maksimal dikarenakan kondisi kamp yang kurang memadai. Kamp yang terletak di daerah Khost itu diserang rudal-rudal Amerika sehingga fasilitas persenjataan untuk pelatihan seadanya.

Ada kejadian yang sedikit menggelikan di kamp Al-Faruq. Suatu hari Adam bertemu dengan Abu Dujana Al-Pasha menantu Syaikh Aiman Adz-Zawahiri. Sontak Adam bertanya, “Siapa Dr Aiman itu?” Teman-teman yang disekeliling Adam terheran dan berkata, “Kamu tidak tahu Dr Aiman, Amir Jamaah Jihad Mesir?”. Adam hanya tersimpul malu dan detik itulah ia mulai mengenal suksesor Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah ini.

Syaikh Aiman Adz-Zawahiri

Syaikh Aiman Adz-Zawahiri

Kondisi kesehatan Adam makin memburuk, akhirnya memaksa dirinya untuk kembali ke Amerika untuk berobat. Tepatnya empat setengah bulan dirinya di Afghanistan. Perasaan Adam berkecamuk antara ingin tetap tinggal atau kembali ke Amerika. Ia bertekad bahwa pergi untuk kembali lagi ke Afghanistan.

Kembali ke Amerika

Sesampainya di Amerika, ia langsung ditanyai keluarganya perihal kepergiannya ke Afghan. Karena saat tiba di rumah, keluarga Adam melihat perubahan fisik yang drastis dan kondisi badanh yang lemah. Akhirnya, Adam segera dilarikan ke rumah sakit dan diagnosis dokter menyebutkan ia terkena giardiasis, anemia dan pembesaran limpa.

Dengan izin Allah, semua penyakit itu hilang setelah 6 hari pengobatan dan beberapa perawatan serta pemulihan selama beberapa bulan. Biaya yang ia keluarkan untuk pengobatan sebanyak $1500.

Ada kejadian yang tak terlupakan yang membekas di hatinya saat kembalinya ke Amerika. Saat itu media di AS sedang ramai memberitakan Usamah bin Ladin, bahkan dalam sebuah media yang bernama Reader’s Digest, memuat gambar syaikh Usamah yang telah dipoles agar terlihat jahat dan menakutkan. Tidak itu saja, di headline terpampang tulisan,“This Man Wants to Kill You” dan beberapa judul sensasional lainnya.

Di layar kaca TV juga memberitakan pasukan Amerika membobardir kamp-kamp yang ada di Afghan.Seketika itu juga Adam merasa kemarahannya memuncak. Dalam bayangannya ia melihat kamp yang dulu ia tempati luluh lantak. Adam merasa menjadi bagian dari apa yang dihancurkan oleh pasukan Amerika.

Sekonyong-konyong, Adam mengambil pistol kakeknya dan menembaki gedung-gedung pemerintahan di Santa Ana. Hal ini ia lakukan karena dorongan hatinya, ia merasa menjadi bagian dari umat Islam dan waktu itu ia berada pada negeri musuh. Akan tetapi ia segera menghentikan aksinya itu, sebab ia beranggapan bahwa aksinya tidak membuahkan hasil yang nyata justru menimbulkan masalah baru.

Kembali ke Medan Jihad

Setelah hatinya terbakar karena kemarahan terhadap Amerika, Adam segera hijrah kembali ke negeri jihad, Afghanistan melalui Pakistan. Ia mencoba menghubungi sahabatnya, Abu ‘Aid untuk kembali ke Pakistan dengan aman. Namun, pengamanan dilakukan secara ketat di setiap bandara. Dengan modal nekat, Adam kembali ke Pakistan membaur dengan jamaah Tabligh yang saat itu ingin ke Pakistan juga.

Singkat cerita, Adam berhasil kembali ke tanah yang ia cintai, Afghanistan. Di kesempatan yang kedua ini kondisi tubuhnya benar-benar fit dan siap ditempa dengan berbagai pelatihan berat. Setibanya di Afghan, ia menerima pelatihan si sejumlah kamp-kamp yang berbeda, termasuk dua kamp di Durunta (dekat Jalalabad) selama tiga bulan di bawah asuhan Abu Khabbab Al-Misri, dan Komandan Abu Mihjan Al-Jazairi dari Hizb Al-Islami pimpinan Gulbuddin Hekmatyar.

Abu Khabab Al-Misri

Abu Khabab Al-Misri

Selain penempaan fisik, Adam juga mendapatkan bimbingan ulumuddien selama empat bulan di Institut Syariah Syaikh Abu Abdullah Al-Muhajir Al-Misri. Jadi, pendidikan bagi para mujahid bukan hanya dibebankan pada fisiknya semata, namun juga diberikan bimbingan intelektual dalam pengetahuan dien Islam. Diharapkan seorang mujahid itu tidak hanya terampil menggunakan senjata, tetapi juga mampu mengendalikan diri dengan ilmunya serta tidak bertindak secara serampangan.

Setelah menjalani awal pelatihan ini, Adam akan dipindahkan di kelompok yang dipimpin syaikh Abu Mush’ab As-Suri. Bahkan Adam akan bertemu dengan pimpinan Al-Qaidah secara langsung, syaikh Usamah bin Ladin.  Simak kisah-kisah menarik dan pengalaman Adam bergaul dengan syaikh As-Suri dan syaikh Usamah di edisi berikutnya.

 

Penulis : Dhani El_Ashim

Sumber : Resurgence Magazine Special Issue Summer 2015, an exclusive interview with Adam Yahiye Gadahn.

 

Leave a Reply